2017, Kebangkitan Ekonomi Berkeadilan
Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada dasarnya sudah memiliki dasar filosofis yang sangat kuat dalam
konsep ekonomi berkeadilan, tepatnya pada sila terakhir Pancasila yaitu
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, kemudian dipertegas dengan
simbol padi dan kapas yang merepresentasikan pangan dan sandang sebagai
kebutuhan pokok manusia. Konsep ekonomi berkeadilan ini selalu berusaha
diwujudkan pemerintah sejak lahirnya Pancasila tanggal 1 Juni 1945 melalui
banyak program kerja pada masing-masing era kepresidenan. Ketika masa Presiden
Soekarno banyak dilakukan nasionalisasi perusahaan yang sebelumnya dimiliki
Belanda, lalu pada masa Presiden Soeharto melaksanakan program Repelita (Rencana
Pembangunan Lima Tahunan) serta program transmigrasi untuk pemerataan jumlah penduduk yang sangat terkenal pada
era kepemimpinan beliau. Namun, hingga tahun 2017 masih terjadi ketidakadilan
ekonomi di berbagai wilayah di Indonesia, akan tetapi ini jumlah ketidakadilan ekonomi tersebut
berangsur-angsur menurun seiring dengan masifnya pembangunan infrastruktur
di Indonesia pada era Presiden Jokowi. Salah satu yang menjadi sorot utama masalah
ketidakadilan ekonomi di Indonesia oleh Presiden Jokowi adalah tentang
perbedaan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terutama harga BBM solar dan premium yang
sangat tinggi di Papua dibandingkan di Pulau Jawa yang diakibatkan oleh kurangnya
sarana transportasi dan infrastruktur yang layak.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi
menyampaikan pada saat membahas anggaran RAPBN 2018, bahwa belanja APBN diarahkan untuk pendanaan program prioritas,
utamanya untuk pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas
antarwilayah, mendukung pertumbuhan ekonomi, menyerap tenaga kerja, mengurangi
kemiskinan dan ketimpangan. Belanja infrastruktur pada RAPBN 2018 mencapai Rp.
409 triliun yang naik 5,6% pada APBNP 2017. Di sektor pembangunan pemerintah
akan membangaun 865 km jalan, enam bandar udara, 15 lokasi pelabuhan, 639 km
jalur kereta api, dan jarngan telekomunikasi di 57 kota. Selanjutnya pemerintah
juga membangun jaringan irigasi baru
54.000 ha dan bendungan 47 unit. Di sektor perumahan pemerintah akan
menyediakan 6.238 unit rumah susun dan 180.000 unit rumah swadaya. Direncanakan
juga sebanyak 95,12 persen dari penduduk NKRI dapat menikmati listrik.
Diharapkan semua rencana pembanguan ini dapat berlangsung dengan baik sehingga
dapat mewujudkan ekonomi berkeadilan.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), sebagai
salah satu perusahan konstruksi di Indonesia juga turut membangun wilayah
pelosok yang sejalan dengan Nawacita Presiden Jokowi dan menjadi salah satu bentuk #WIKAHadirUntukNegeri
#WIKAMembangunNegeri.
Salah satunya adalah Proyek Pembangunan Jalan Oksibil Seredala,
Kabupaten Pegunungan Bintang – Papua. Sulitnya
medan tidak menjadi halangan demi mudahnya akses transportasi di Kabupaten Pegunungan
Bintang.tersebut agar distribusi kebutuhan pokok dapat sampai lebih cepat sehingga biaya kebutuhan pokok tersebut akan jauh lebih murah dari sebelumnya.
Tidak ada komentar: